BI Temukan Bukti Orang Indonesia ‘Makan Tabungan’, Gaji Hanya untuk Bayar Utang

Ilustrasi

BANDUNG – Biaya keperluan yang semakin malah membuat sebagian masyarakat harus memutar otak untuk tetap bertahan hidup.

Tak sedikit dari mereka pun harus menguras tabungannya untuk kebutuhan sehari-hari. Bahkan ada pula yang memilih bertahan hidup dengan berutang.

Terbaru, Bank Indonesia (BI) melakukan Survey Konsumen. Hasilnya, BI menunjukkan fenomena yang dikenal dengan istilah ‘makan tabungan’ yang berlangsung hingga November 2023.

Dilihat melalui laman resmi BI, pendapatan yang ditabung atau saving to income oleh sejumlah masyarakat Indonesia merosot dari 15,7% pada Oktober, menjadi 15,4% pada November.

Namun data konsumen untuk membayar cicilan atau utang alias debt to income ratio naik.

“Di sisi rumah tangga, permintaan pembiayaan baru pada November 2023 terindikasi sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, dengan mayoritas pembiayaan berasal dari bank umum,” tulis BI dalam laman resminya, Selasa (19/12/2023).

“Selain perbankan, sumber pembiayaan yang menjadi preferensi rumah tangga antara lain koperasi dan leasing,” lanjutnya.

Berdasarkan jenis penggunaan, mayoritas pembiayaan yang diajukan oleh responden rumah tangga pada November 2023 adalah Kredit Multi Guna (KMG) dengan pangsa sebesar 43,3% dari total pengajuan pembiayaan baru, relatif stabil dibandingkan periode sebelumnya(43,9%).

Jenis pembiayaan lain yang diajukan oleh responden adalah Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) sebesar 23,8%, kredit peralatan rumah tangga 12,8%, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) 8,1%, dan kartu kredit 4,3%.

Dalam survei tersebut, ditemukan juga bahwa golongan orang miskin menjadi yang paling terdampak, sehingga harus menggunakan tabungannya untuk bertahan hidup. Tercatat, kemampuan menabung masyarakat dengan pengeluaran Rp 1-2 juta per bulan turun dari 16,1% menjadi 15,8%.

Namun ternyata golongan orang mampu juga mengalami kondisi serupa. Mereka yang pengeluarannya di atas Rp5 juta per bulan mengalami penyusutan kemampuan menabung dari 18% menjadi hanya 16,3%. Sedangkan mereka yang pengeluaran bulanannya Rp 2,1 juta hingga Rp 5 juta tercatat mengalami peningkatan dalam hal menabung.

Kendati demikian, BI juga mencatat bahwa proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi atau average propensity to consume ratio mengalami penurunan dari 75,6% pada Oktober, menjadi 75,3% pada November.

Artinya, gaji atau pendapatan yang dipakai orang Indonesia untuk belanja sebenarnya berkurang. Namun, masyarakat dengan pengeluaran lebih dari Rp 5 juta per bulan, justru menjadi golongan yang tingkat konsumsinya meningkat dari 68,4% menjadi 72,6% di bulan November 2023.

“Rata-rata porsi konsumsi terhadap pendapatan terpantau menurun untuk semua tingkat pengeluaran, kecuali responden dengan pengeluaran di atas Rp 5 juta per bulan,” tulis BI dalam lanjutannya.

Kebutuhan 3 Bulan yang Akan Datang

Dalam survey tersebut, responden menyebut bahwa pemenuhan kebutuhan dana tiga bulan mendatang mayoritas masih dipenuhi dari dana sendiri (74,0%), stabil dibandingkan bulan sebelumnya (73,9%), diikuti pembiayaan yang berasal dari pengajuan kredit baru ke perbankan dalam negeri (15,1%) yang meningkat juga dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, pembiayaan yang bersumber dari pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik (11,0%) diprakirakan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.