BANDUNG — Kabar duka kembali datang dari Jalur Gaza. Direktur Rumah Sakit Indonesia, dr Marwan al-Sultan, dilaporkan tewas dalam serangan udara yang dilakukan oleh militer Israel.
Serangan itu menghantam kediaman al-Sultan pada Rabu (2/7/2025), menewaskan dirinya bersama istri, anak, dan saudarinya.
Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas menyampaikan bahwa al-Sultan merupakan salah satu dokter paling senior dan dihormati, serta dikenal karena pengabdiannya sebagai spesialis jantung di tengah krisis kemanusiaan berkepanjangan.
“Kematian dr Marwan al-Sultan merupakan kehilangan besar dan bencana bagi dunia kesehatan Gaza. Ia adalah simbol dedikasi dan keteguhan dalam situasi paling sulit yang dialami rakyat Palestina,” ujar juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza yang dilansir dari laman Kompas.com.
Israel Sebut Target Adalah Tokoh Hamas
Militer Israel (IDF) mengakui bahwa mereka melakukan serangan udara di wilayah tersebut, namun menyatakan bahwa target sebenarnya adalah “tokoh teroris utama dari Hamas.” Meski begitu, IDF tidak secara langsung membenarkan bahwa dr Sultan menjadi korban.
“Kami menyesalkan jika ada warga sipil yang tidak terlibat, tapi terkena dampaknya,” tulis IDF dalam pernyataan resminya. “Namun, Hamas terus melanggar hukum internasional dengan menggunakan infrastruktur sipil untuk kegiatan teror dan menjadikan warga sipil sebagai tameng,” lanjut pernyataan tersebut.
Dalam 24 jam terakhir, data Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan sedikitnya 139 warga Palestina tewas dalam rangkaian serangan Israel, termasuk serangan ke wilayah al-Mawasi, Khan Younis, yang sebelumnya ditetapkan sebagai zona aman.
Krisis Kesehatan Gaza Makin Parah
Kepergian dr Sultan meninggalkan lubang besar dalam sistem layanan kesehatan Gaza. Menurut Healthcare Workers Watch (HWW), ia menjadi tenaga medis ke-70 yang tewas dalam 50 hari terakhir akibat agresi militer Israel.
“Ini bukan sekadar kehilangan nyawa, tapi juga penghancuran atas puluhan tahun pengalaman dan keahlian medis di tengah krisis kemanusiaan yang sangat parah,” ungkap Muath Alser, Direktur HWW.
Senada dengan itu, dr Mohammed Abu Selmia, Direktur RS al-Shifa, menegaskan bahwa kehilangan al-Sultan sangat berdampak besar bagi ribuan pasien.
“Kami sangat terpukul dan berduka. Ia adalah satu dari hanya dua ahli jantung tersisa di Gaza. Ribuan pasien jantung akan menderita akibat kehilangan ini. Satu-satunya kesalahan beliau adalah karena beliau seorang dokter,” ucap Abu Selmia.
Rumah Sakit Indonesia Tak Lagi Beroperasi
RS Indonesia yang sebelumnya menjadi tumpuan layanan kesehatan di Gaza utara, kini tak lagi berfungsi akibat gempuran berulang dari Israel. Menurut laporan PBB, tak ada satu pun rumah sakit yang masih beroperasi di Gaza bagian utara.
“Jika sejak awal dunia bereaksi keras atas serangan terhadap tenaga medis, mungkin Israel tidak akan terus menerus melakukannya,” ujar Fares Afana, kepala layanan ambulans Gaza utara, yang juga kehilangan putranya dalam serangan bulan lalu.
Derita Warga Gaza Semakin Memburuk
Sejak pecahnya konflik besar pada 7 Oktober 2023, lebih dari 57.000 warga Gaza dilaporkan tewas. Di saat bersamaan, Israel disebut memperketat pengawasan perbatasan dan membatasi masuknya bantuan kemanusiaan.
Laporan terbaru mencatat lebih dari 1.400 tenaga medis turut menjadi korban jiwa. Ratusan lainnya masih dalam tahanan Israel, termasuk Direktur RS Kamal Adwan, dr Hussam Abu Safiya.
Musim panas yang kini melanda Gaza memperparah penderitaan para pengungsi. Banyak di antaranya hidup di dalam tenda dengan keterbatasan air dan makanan.
“Anak-anak saya menangis sepanjang hari karena panas dan kehausan,” tutur Reda Abu Hadayed kepada kantor berita AP.