Kurang Daya Serap dari Bukit Utara, Sebabkan Kota Bandung Banjir

BANDUNG –  Beberapa hari terakhir, Kota Bandung dilanda banjir hebat yang disebabkan oleh curah terlalu tinggi. Namun selain curah hujan yang terjadi di perkotaan Bandung, juga disebabkan banyaknya aliran air dari perbukitan di sebelah utara Kota Bandung, terutama dari  kecamatan Cimenyan, Kecamatan Cilengkrang dan Kecamatan Cileunyi. Ketiganya masuk wilayah Kabupaten Bandung.

Ketua Pembina Yayasan Odesa Indonesia Budhiana Kartawijaya mengatakan, sejak tahun 2016 silam pihaknya mengambil peran secara khusus untuk mengatasi persoalan banjir, terutama banjir lumpur akibat erosi dari perbukitan di Kawasan bandung Utara.

“Air dan lumpur juga berasal dari kali-kali kecil dari Kawasan Bandung Utara. Di sana ada keadaan lingkungan yang kurang pohon sehingga aliran air tidak tertahan dan langsung meluncur turun ke kota Bandung,” kata Budhiana,  disela kegiatan pembagian bibit tanaman pohon kepada para petani, di Desa Cikadut Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung, Kamis (11/1/2024).

Menurut Budhiana, kondisi ini tidak lepas dari keadaan alamiah di mana air dari ketinggian bukit akan turun ke tempat rendah, dan di situ Kota Bandung menjadi tempat berkumpulnya air dari perbukitan.

Budhiana menambahkan, banyaknya air dan lumpur tak lepas dari keadaan Bandung Utara yang kekurangan pohon. Di sana banyak perbukitan yang lebih mirip padang pasir ketimbang ladang pertanian.

“Bagitu juga di Kawasan hutan Arcamanik, banyak pohon berkurang. Karena alasan objektif itulah Yayasan odesa Indonesia secara khusus mengambil peran perbaikan ekologi dengan rutin menggalang bibit dan menyebarkan kepada petani,” tutur Budhiana.

“Mungkin bukan satu-satunya solusi, tetapi kalau kita lihat perbukitan Bandung utara yang puluhan tahun tampak seperti padang pasir jelas hal itu merupakan sebuah problem. Lagi pula tanah-tanah di sana bisa ditumbuhkan pohon. Banyaknya pohon akan mengikat tanah dan menahan air,” tambahnya.

Yayasan Odesa Indonesia berkegiatan sosial sejak tahun 2016 aktif menggalang donasi untuk penyebaran bibit tanaman pohon keras yang ditujukan untuk mencegah erosi sekaligus meningkatkan ekonomi dan gizi petani.

Pohon-pohon buah-buahan menjadi andalan program Odesa karena dengan tumbuhnya nangka, sirsak, sukun, matoa, durian, sirsak, jambu, jeruk dan lain sebagainya terbukti bisa memperbaiki keadaan. Sepanjang 8 tahun berkegiatan data dari Odesa Indonesia telah membagikan bibit buah-buahan sebanyak 870.000 pohon.

“Tetapi jumlah ini masih sedikit dibanding dari kebutuhan area yang sangat luas mencapai 70.000 hektar yang terbentang dari Purwakarta hingga Sumedang. Bahkan untuk zona pertanian di Kecamatan Cimenyan saja membutuhkan setidaknya lima hingga enam juta pepohonan di area 3 hingga 4 ribu hektar,” papar Budhiana.

Pada tahun 2014 ini, Odesa Indonesia telah memulai pembagian bibit buah-buahan kepada para petani di Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung.

Koordinator Program Pertanian Konservasi Odesa, Ujang Rusmana mengatakan, tahun ini akan membagikan 12.000 bibit tanaman buah-buahan, lebih kecil dibanding pembagian bibit di musim hujan periode oktober 2022 hingga April 2023 silam yang jumlahnya mencapai 18.000 bibit.

“Jumlah pohon yang dibagi tergantung ketersediaan dari para donatur. Kalau sedang banyak bisa mencapai 30.000. Tapi dalam setiap tahun rata-rata 10.000 bibit bisa kita salurkan,” kata Ujang, saat memberikan training botani kepada para mahasiswa di kebun Botani Odesa Cikadut Kabupaten Bandung.

Pembagian bibit buah-buahan yang dilakukan Odesa Indonesia biasanya disebarkan kepada petani di perbukitan meliputi petani di Mekarmanik, Cikadut, Mandala Mekar, Cimenyan, Ciburial, Sindanglaya di kecamatan Cimenyan dan sering pula melebar sampai kecamatan Cilengkrang dan Cibiru.

Petani di Kecamatan Cimenyan saat ini sudah senang menanam buah-buahan. Mereka juga sudah merasakan manfaatnya, terutama hasil panennya yang bagus. Meningkat gizi dan mendapatkan uang dari hasil penjualan.

“Dulu saat dapat bantuan pemerintah, para petani tidak mau menanam pohon karena bibit yang dibagikan berupa pohon penghasil kayu. Pohon penghasil kayu sering ditebang dan kurang nilai ekonominya. Lain kalau yang ditanam pohon buah,” jelas Ujang.