BANDUNG — Pada Hari Senin 7 April 2025, rupiah tercatat menyentuh angka Rp17.261 per dolar AS, posisi terendah sepanjang sejarah menurut data Refinitiv.
Pantauan dari situs e-Rate USD milik BCA pada pukul 07.10 WIB menunjukkan kurs jual dolar telah menembus Rp16.950, sementara kurs beli berada di angka Rp16.600 — naik Rp60 dari hari sebelumnya.
Data dari Wise juga memperlihatkan angka tukar rupiah berada di Rp16.883 pada pukul 14.35 WIB.
Fenomena ini tidak bisa dilepaskan dari kombinasi faktor global dan domestik.
Menyikapi hal tersebut, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan memberikan pendapatnya yakni angka tersebut dinilai masih dalam batas wajar.
“Dengan tadi rupiah yang kita diduga takut lebih dari 17.000, sebenarnya ini juga masih dalam batas-batas yang normal sehingga itu juga bisa menjadi bagian penyerapan daripada tarif yang dibebankan oleh pemerintah Amerika,” ujar Luhut saat menghadiri agenda di Menara Mandiri, Jakarta, seperti di kutip dari laman Tirto.id pada Selasa (8/4/2025).
Ia menjelaskan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah merupakan imbas dari kebijakan tarif impor yang diberlakukan pemerintah AS terhadap produk-produk asal Indonesia, yang besarnya bisa mencapai 32 persen.
Meski begitu, Luhut meyakini Indonesia tetap memiliki ketahanan untuk menghadapi tekanan ekonomi tersebut, asalkan seluruh pihak mampu bersinergi menghadapi tantangan global, termasuk perang dagang.
Luhut juga menyoroti potensi ancaman ekonomi global yang lebih luas, terutama akibat perlambatan ekonomi di Tiongkok. Menurutnya, dampak tidak langsung dari situasi ini patut diwaspadai.
“Terutama second round effect dari perlambatan ekonomi Tiongkok yang kita tahu ekonomi Tiongkok sampai hari ini juga belum membaik seperti yang mereka harapkan,” tambahnya.