BANDUNG — Ratusan mahasiswa dari berbagai universitas di Jawa Barat turun ke jalan pada Senin (17/2/2025), menggelar aksi di depan Gedung DPRD Jabar, Jalan Diponegoro, Kota Bandung.
Aksi ini merupakan bagian dari gerakan “Seruan Aksi Indonesia Gelap” yang sebelumnya telah ramai diperbincangkan di media sosial.
Demonstrasi di Bandung hanyalah salah satu dari rangkaian aksi yang dilakukan secara serentak di berbagai kota, termasuk Jakarta, Surabaya, dan Denpasar.
Puncak aksi ‘Indonesia Gelap’ dijadwalkan akan digelar secara terpusat di Jakarta pada Kamis (20/2/2025).
Para mahasiswa membawa 13 tuntutan utama, di antaranya menuntut pendidikan gratis dan demokratis, menolak revisi UU Minerba, menghapuskan multifungsi ABRI, serta mengesahkan RUU Masyarakat Adat.
Selain itu, mahasiswa juga mendesak agar Prabowo segera menerbitkan Perppu terkait Perampasan Aset untuk memberantas korupsi.
Aksi ini menjadi bukti bahwa mahasiswa masih menjadi elemen kritis dalam mengawal kebijakan pemerintah.
Gerakan ini menegaskan bahwa mereka tidak akan tinggal diam jika kebijakan yang diambil justru semakin mempersempit akses rakyat terhadap pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan secara umum.
Namun, Ketua Dewan Ekonomi Nasional, Luhut Binsar Pandjaitan, menanggapi aksi ini dengan pernyataan yang cukup keras.
Ia menilai bahwa tema “Indonesia Gelap” tidak tepat untuk menggambarkan kondisi negara saat ini.
“Jadi kalau ada yang bilang itu Indonesia gelap, yang gelap kau bukan Indonesia. Jadi kita jangan terus mengeklaim sana-sini,” ujar Luhut dalam sebuah acara di The Westin, seperti dikutip dari laman Instagram Tirto.id, Jakarta, Rabu (19/2/2025).
Luhut juga menekankan bahwa bahkan negara maju seperti Amerika Serikat masih menghadapi berbagai permasalahan, termasuk dalam hal lapangan pekerjaan.
“Ada orang bilang di sini lapangan kerja kurang, di mana yang lapangan kerja enggak kurang? Di Amerika juga bermasalah, di mana aja bermasalah,” tambahnya.
Menurutnya, jumlah tuna wisma di Amerika Serikat jauh lebih banyak dibandingkan dengan Indonesia. Ia menilai bahwa masyarakat Indonesia seharusnya lebih bangga dengan kondisi negara saat ini.
“Jadi kadang-kadang kita enggak bangga jadi orang Indonesia, kita hanya lihat kurangnya. Di mana sih yang sempurna? Di Amerika tuh homeless, kita enggak ada homeless di sini,” tutupnya.
Pernyataan Luhut ini mendapat beragam tanggapan dari masyarakat, terutama di media sosial, di mana netizen mempertanyakan klaim yang dibuatnya terkait kondisi ekonomi dan sosial di Indonesia saat ini.