BANDUNG- Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengapresiasi sejumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kelurahan Cisaranten Endah, Kecamatan Arcamanik yang menampung pegawai di tengah pandemi Covid-19.
Apresiasi itu dikatakannya saat Yana Mulyana mendatangi para pelaku UMKM tersebut, Rabu (20/1/2021).
Dalam kunjungannya, Yana menyempatkan untuk menyusuri permukiman padat di RW 11 Kelurahan Cisaranten Endah dan mendatangi salah satu tempat produksi olahan plastik untuk perlengkapan furniture serta dua lokasi pembuat kain rajut.
“Di tengah satu pemukiman di tengah pandemi mereka tetap berkreasi dan berinovasi. Kami mengapresiasi mereka tetap beraktivitas membuka peluang bagi orang lain untuk tetap bisa menghasilkan,” ucap Yana, dilansir dari laman resmi Humas Kota Bandung.
Pria yang karib disapa Kang Yana itu mengaku sangat terkesan dengan para pelaku UMKM di Cisaranten Endah ini, lantaran alih-alih mengurangi karyawan mereka justru bisa menambah pegawai.
Terlebih, pekerja yang ditampung juga adalah mereka yang terkena pemutusan hubungan kerja akibat terdampak Covid-19.
“Meski pun terkena dampak tapi rekuitment tenaga kerja bisa tetap dilakukan. Ada yang membuka pasar, jadi ordernya ada terus,” ujar Yana.
Yana Mulyana bahkan menyempatkan untuk berdialog dengan para pelaku UMKM.
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (KUMKM) Kota Bandung, Atet Dedi Handiman ikut mendampingi Yana Mulyana untuk memberikan dorongan.
“Tadi sudah diskusi soal hambatannya. Sekarang ini ada dinas atau cari dari teman-teman perbankan untuk mencari solusi untuk peningkatan produksi,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini salah seorang pemilik produksi kain rajut, Sansan mengungkapkan, sejak pandemi Covid-19 pihaknya mulai menyerang sektor ekonomi, hingga menampung lima pegawai baru.
“Ada 9 orang. Yang baru di mulai pandemi ada lima orang. Sebelumnya mereka bekerja di pabrik tapi berhenti jadi masuk ke sini,” ujar Sansan.
Meski demikian, langkah menampung karyawan terdampak pemutusan akibat Covid-19 ini ternyata tak lantas menjadi beban bagi Sansan.
Pasalnya, penjualan produksinya tetap mendapatkan tempat di pasar domestik meski dihadapkan pada tantangan naiknya harga bahan baku.
“Produksi sekarang baju rajut 40 lusin per minggu. Pasar masih tetap grosir Tanah Abang, Pasar Baru cuma sekarang jumlahnya agak terbatas. Bahan baku disebut aman, tapi sudah dua kali ada kenaikan sementara. Tapi penjualan tidak bisa (naik),” kata Sansan.
Selain Sansan, Pelaku UMKM lainnya, Iwan Ganiawan yang merupakan pengrajin perlengkapan furniture juga turut memberdayakan masyarakat sekitar, terutama kaum ibu untuk melakukan pengerjaan akhir atau finishing.
“Yang ngepres delapan orang, sama yang maklun dan dibungkus sekitar 16 orang. Bahkan ibu-ibu di sini juga ikut membungkus,” kata Iwan.
Usaha yang ditekuni Iwan dalam 10 tahun terakhir ini tetap bertahan di tengah wabah Covid-19. Ia mengaku pendapatan kotornya dalam satu pekan bisa mencapai Rp30 juta.
“Sekarang saya kirim masing-masing ada satu toko di Jakarta, Karawang dan Tasikmalaya. Kadang toko lain minta terpaksa tidak dilayani,” pungkasnya.