Menguak Fakta G30S/PKI: Tragedi Kelam Sejarah Indonesia

Photo / Canva

Nasional – Peristiwa Gerakan 30 September atau yang lebih dikenal dengan G30S/PKI merupakan salah satu bagian penting dari sejarah Indonesia. Meski telah lama berlalu, tragedi ini masih menyisakan luka mendalam di hati masyarakat. Banyak yang terus bertanya-tanya tentang penyebab dan latar belakang di balik peristiwa tersebut.

Pada masa itu, Partai Komunis Indonesia (PKI) yang merupakan salah satu partai terbesar di Indonesia, berhasil meraih 16,4 persen suara dalam pemilu, menempati posisi keempat di bawah Partai Nasional Indonesia (PNI), Masyumi, dan Nahdlatul Ulama (NU). Lantas, apa yang memicu terjadinya peristiwa ini? Mari kita telusuri latar belakang dan kronologinya.

Latar Belakang G30S/PKI

Terjadinya G30S/PKI dilatarbelakangi oleh beberapa faktor utama, seperti:

– Ketegangan politik antara PKI dan TNI Angkatan Darat.

– Ketidakcocokan antara ideologi PKI dengan ideologi yang dipegang pemerintah.

– Dominasi ideologi NASAKOM (Nasionalisme, Agama, Komunisme) yang mengakar di era Demokrasi Terpimpin.

Selain itu, ada beberapa tujuan PKI yang turut memicu gerakan ini, di antaranya:

– Mengubah ideologi negara dari Pancasila menjadi komunis.

– Menuduh bahwa Jenderal TNI AD tengah mempersiapkan kudeta.

– Mendukung agar petani dan buruh dipersenjatai.

– Berupaya menggulingkan Presiden Soekarno serta melemahkan pengaruh militer dalam politik Indonesia.

Kronologi Singkat G30S/PKI

Peristiwa ini berlangsung singkat, selama dua hari, mulai 30 September hingga 1 Oktober 1965. Berikut kronologi singkatnya:

– Gerakan ini dipimpin oleh Letkol Untung dari Komando Batalion I, Resimen Cakrabirawa, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan penculikan dan pembunuhan.

– Pada 1 Oktober 1965, sekitar pukul 03.00 dini hari, enam jenderal TNI Angkatan Darat, yaitu Letjen Ahmad Yani, Mayjen R. Soeprapto, Mayjen Harjono, Mayjen S. Parman, Brigjen D.I. Panjaitan, dan Brigjen Sutoyo, serta satu perwira lainnya, Lettu Pierre Tendean, menjadi korban penculikan dan pembunuhan. Jasad mereka ditemukan di Lubang Buaya, Jakarta.

– Jenderal A.H. Nasution berhasil selamat dari penculikan, meski putrinya, Ade Irma Suryani, tewas dalam insiden tersebut.

– Pemberontakan juga menyebar ke Jawa Tengah dan Yogyakarta, di mana Kolonel Katamso dan Letkol Sugiono menjadi korban karena tidak mendukung gerakan ini.

Penumpasan dan Pasca G30S/PKI

Pada 1 Oktober 1965, Mayor Jenderal Soeharto mulai memimpin operasi penumpasan pemberontakan G30S/PKI. Tindakan pertama adalah merebut kembali Gedung Radio Republik Indonesia (RRI) dan Pusat Telekomunikasi. Pada malam harinya, Soeharto mengumumkan bahwa telah terjadi kudeta oleh pasukan G30S, namun situasi berhasil dikuasai kembali.

Penemuan jenazah para jenderal di Lubang Buaya pada 3 Oktober 1965 menandai berakhirnya pemberontakan. Upaya penumpasan terhadap simpatisan PKI terus berlanjut. Demonstrasi anti-PKI pun merebak di berbagai kota, dengan tuntutan agar PKI dibubarkan. Akhirnya, pada Maret 1966, melalui Surat Perintah 11 Maret (Supersemar), PKI resmi dibubarkan oleh Soeharto.

Tujuan dan Dampak G30S/PKI

Tujuan utama G30S/PKI adalah menggulingkan Presiden Soekarno dan menggantikan ideologi nasionalisme dengan komunisme. Namun, kudeta ini gagal dan berdampak besar pada sejarah politik Indonesia. Terjadinya peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto serta pembantaian massal terhadap anggota dan simpatisan PKI menjadi salah satu babak tergelap dalam sejarah bangsa.

Fakta Penting G30S/PKI:

  1. Sasaran Utama: Petinggi militer Angkatan Darat dianggap sebagai ancaman utama bagi kudeta ini.
  2. Debat Keterlibatan PKI: Meskipun PKI dikaitkan langsung dengan peristiwa ini, keterlibatan resmi partai tersebut masih menjadi bahan perdebatan di kalangan sejarawan.
  3. Kudeta Gagal: Setelah kegagalan kudeta ini, Mayor Jenderal Soeharto dengan cepat menguasai Jakarta dan menstabilkan keadaan.
  4. Pembantaian Massal: Peristiwa ini memicu pembantaian besar-besaran terhadap orang-orang yang diduga terkait dengan PKI.
  5. Propaganda Orde Baru: Selama masa Orde Baru, narasi resmi menyalahkan PKI secara penuh. Namun, setelah Reformasi 1998, kajian baru mulai muncul dengan pandangan berbeda.

Pelajaran dari G30S/PKI

Tragedi G30S/PKI bukan hanya soal kudeta yang gagal, tetapi juga gambaran betapa rentannya stabilitas politik di Indonesia saat itu. Peristiwa ini mengajarkan pentingnya memahami sejarah secara utuh dan kritis agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Peristiwa ini akan selalu menjadi pengingat akan betapa pentingnya stabilitas politik dan sosial dalam menjaga keutuhan bangsa.

Artikel ini disusun dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya. Tujuannya adalah untuk mengungkap sejarah kelam G30S/PKI secara singkat dan informatif. Dengan demikian, kita dapat terus belajar dan menghargai perjalanan sejarah bangsa kita.