Pj Wali Kota Bandung Ajak Warga Kelola Sampah dengan Bijak

Photo / Dokumen Istimewa

Bandung – Dalam unggahan video di akun Instagram @halobandung dan @perumdapasarjuarabdg, Pejabat (Pj) Wali Kota Bandung, Asep Koswara, menyampaikan kondisi darurat yang dihadapi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sari Mukti.

Menurutnya, TPA tersebut telah melebihi kapasitas dan memerlukan tindakan serius dari semua pihak.

“Kondisi TPA Sari Mukti saat ini sangat kritis dan sudah jauh melebihi kapasitas. Ini adalah masalah serius yang harus memerlukan perhatian dan tindakan kita bersama,” ujar Kang Kos dalam video yang diunggah pada, Rabu (16/10/2024) tersebut.

Sebagai langkah konkret, Asep Koswara mengajak seluruh masyarakat Bandung untuk lebih bijak dalam mengelola sampah, terutama melalui pemilahan sampah di rumah masing-masing.

Ia juga mengapresiasi masyarakat yang telah aktif dalam pengolahan sampah dan menyebutkan bahwa di Bandung terdapat 149 kelurahan yang memiliki fasilitas pengolahan sampah organik, seperti rumah maggot dan berbagai metode lainnya.

“Salah satu yang bisa kita lakukan adalah mengurangi volume sampah melalui pemilahan dan memanfaatkan sampah mulai dari rumah kita.

Untuk sampah organik, kota Bandung memiliki berbagai metode pengolahan seperti loseda, komposter, dan bata terawangan,” tambahnya.

Selain itu, Kang Kos juga menegaskan bahwa mulai tanggal 7 Oktober 2024, Pemerintah Kota Bandung akan menerapkan kebijakan Zero Food Waste di seluruh kantor pemerintahan, di mana tidak ada lagi sisa makanan yang dibuang.

Langkah ini diambil untuk mengurangi beban sampah yang dibawa ke TPA Sari Mukti, sekaligus menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan.

“Dengan langkah ini, kita tidak hanya mengurangi beban TPA, tetapi juga menunjukkan kepedulian kita terhadap lingkungan,” kata Kang Kos.

Dukungan Fasilitas Pengelolaan Sampah di Pasar Sederhana

Pemerintah Kota Bandung juga sedang mencari solusi untuk mengurangi sampah yang dihasilkan dari pasar-pasar di Kota Bandung.

Menurut Kang Kos, seluruh pasar di Bandung menghasilkan sekitar 90 meter kubik sampah setiap harinya. Jika tidak ditangani dengan baik, sampah ini akan menjadi beban besar bagi TPA.

“Kita mulai mencari model penyelesaian sampah di setiap wilayah dan sumber sampahnya. Di seluruh pasar, sampah yang diangkut ke TPA Sarimukti hanya boleh 30 persen, sisanya harus diolah di pasar atau TPS terdekat,” jelasnya.

Asep Koswara juga menyebut bahwa program pengolahan sampah di tingkat kelurahan atau RW sudah berjalan cukup baik, seperti penggunaan maggot dan komposter.

Namun, tantangan terbesar adalah memilah sampah dari sumber produksinya.

Melalui upaya ini, Pemkot Bandung berharap bisa mengurangi volume sampah yang menuju TPA dan mendorong masyarakat untuk lebih disiplin dalam pengelolaan sampah.

“Masalah sampah tidak akan tuntas hanya oleh pemerintah saja. Diperlukan kesadaran dan kerja sama seluruh lapisan masyarakat untuk disiplin memilah sampah dan membuangnya dengan bijak. Mari kita bersama-sama wujudkan Bandung yang bersih dan nyaman untuk ditinggali,” tutup Kang Kos.