BANDUNG – Alih fungsi lahan dan lahan kritis menjadi faktor utama berkurangnya jumlah sumber-sumber seke (mata air) di Kota Bandung.
Berdasarkan data tahun 2017, jumlah sumber seke di Kota Bandung mencapai 167 titik. Akan tetapi, dari jumlah tersebut saat ini hanya tertinggal 67 seke yang mengeluarkan air.
“Kemarin 2017 disurvei ada 167, lalu oleh sektor 22 di disurvei lagi hanya tinggal 67 yang berair,” ungkap Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU), Didi Ruswandi, di Jalan Farmakologi, Kota Bandung, Seni (28/12/2020).
Menurut Didi, penyebab dari berkurangnya sumber-sumber mata air di Kota Bandung adalah lahan kritis dan alih fungsi lahan.
“Ini kan mengindentidikasikan bahwa kondisinya kritis, apakah diubah jadi ada alih fungsi lahan yanf kedua boleh jadi di atas lahannya kritis, pohon-pohonnya ditebang,” ujarnya.
Namun Didi mengatakan, kini baru ada tiga mata air (seke) di Kota Bandung yang kondisinya terawat.
“Yang sudah ditata sebenarnya ada dua, babakan siliwangi sama seke Genjer, kemudian di selok bandara, mungkin ada 3 yang digarap langsung,” jelas Didi.
Untuk itu, Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung akan terus mengupayakan untuk memperbanyak seke di Kota Bandung.
Didi memastikan pada tahun 2021 pihaknya menargetnya melakukan perawatan terhadap 5 seke dan sungai.
“2021 kita target ingin lebih banyak, mungkin antara sungai dan seke itu 5,” pungkasnya.