BANDUNG -Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung mencatat ada sebanyak 13 ribu siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang rawan melanjutkan pendidikan (RMP) tak memiliki akses belajar daring selama masa pandemi Covid-19.
Hambatan itu dikarenakan siswa-siswa tersebut tidak memiliki gawai atau telepon genggam yang digunakan untuk belajar online.
“Yang tidak memiliki akses gawai, siswa SMP sebanyak 25 ribu atau siswa RMP yang tidak memiliki 4000. 45 ribu siswa SD yang tidak memiliki sebanyak 9.000,” ungkap Kasi Kurikulum SD Disdik Kota Bandung, Akhmad Taufan Hidayat di Balai Kota Bandung, Senin (30/11/2020).
Taufan menjelaskan bahwa total siswa SD dan SMP di kota Bandung sendiri mencapai 200.000 lebih. Menurutnya, mayoritas siswa tersebut sudah mengakses pembelajaran secara daring di masa pandemi covid nanti sejak 9 bulan lalu.
Ahmad Taufan juga mengatakan, selama pandemi guru dituntut kreatif untuk memberikan materi secara daring maupun luring.
Selain guru, siswa juga didorong untuk disiplin dan mandiri. Taufan mengatakan, pihaknya tidak mengedepankan target capaian kurikulum melainkan lebih melihat kemampuan masing-masing karakter dan kognisi siswa.
Salah seorang guru SD Cisitu, Hafiz Kurniawan juga mengatakan hal serupa. Ia mengaku selama pandemen pihaknya menggunakan kurikulum yang diterbitkan oleh Kemendikbud, bukan kurikulum 2013.
Lebih lanjut Haviz menuturkan, bagi peserta didik yang tidak bisa mengakses belajar daring dikarenakan tidak memiliki gawai diberikan modul melalui sekolah.
“Modul tersebut berisi pembelajaran dan evaluasi selama di masa pandemi,” ujarnya.