BANDUNG – Pemerintah Indonesia, bersama dengan KfW Jerman atas nama Pemerintah Jerman dan Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria (GFATM), resmi menandatangani perjanjian konversi utang (debt-to-health swap) pada Kamis (12/12/2024).
Perjanjian ini merupakan tindak lanjut dari kesepakatan prinsip yang telah dicapai pada April 2024 dan kini diformalkan melalui penandatanganan resmi.
Dalam perjanjian ini, utang sebesar EUR 75 juta atau setara dengan Rp 1,26 triliun (berdasarkan kurs Euro 16.808) akan dikonversi menjadi investasi langsung dalam program kesehatan masyarakat.
Program ini akan dikelola bersama oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Global Fund.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Suminto, menyatakan bahwa penandatanganan perjanjian ini merupakan langkah penting dalam komitmen bersama kedua negara untuk memperkuat sektor kesehatan nasional dan mendukung upaya global.
“Ini menjadi contoh yang cemerlang bagaimana negara-negara dapat bekerja sama, menggunakan instrumen keuangan inovatif untuk mengatasi tantangan kesehatan global,” ujarnya dalam siaran pers pada Selasa (17/12/2024).
Proyek konversi utang ini dilakukan di bawah inisiatif Debt-to-Health (D2H) yang dipelopori oleh Global Fund, dengan Jerman sebagai mitra pertama sejak 2007.
Melalui instrumen ini, diharapkan akan terkumpul sumber daya tambahan untuk negara-negara penerima bantuan, seperti Indonesia.
“Pengalihan utang ini akan digunakan untuk meningkatkan layanan kesehatan di Indonesia, khususnya dalam penanggulangan TBC, HIV, dan Hepatitis, serta memperkuat sistem kesehatan secara keseluruhan,” tambah Suminto, sebagaimana dilansir dari Kumparan Bisnis pada Rabu (18/12/2024).
Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Ina Lepel, juga menyoroti pentingnya konversi utang ini sebagai langkah signifikan dalam hubungan kerjasama yang telah terjalin lama antara Indonesia dan Jerman.
Ia menyebutkan bahwa perjanjian ini akan mendukung pemerintah Indonesia dalam mencapai tujuan kesehatan masyarakat yang lebih baik, serta berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Salah satunya adalah mengakhiri penyebaran AIDS, TBC, dan malaria pada tahun 2030, serta memerangi hepatitis dan penyakit menular lainnya.
Dengan langkah ini, Indonesia semakin menunjukkan komitmennya dalam memperkuat sistem kesehatan, baik di tingkat nasional maupun global.