BANDUNG – Kasus kekerasan kepada anak di Kota Bandung meningkat selama pandemi Covid-19.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Bandung, Rita Verita mengungkapkan bahwa hingga September 2021 sudah ada 100 kasus kekerasan pada anak.
Sementara pada tahun 2020, angka kekerasan pada anak dari Januari hingga Desember ada 84 kasus. Mayoritas kekerasan yang terjadi dalam bentuk psikis.
“Jadi lebih seperti bully (perundungan), bukan fisik atau seks,” ujar Rita di Bandung, Selasa (12/10/2021).
1. Melibatkan orang di lingkungan sekitar
Menurutnya, kekerasan pada anak duduk di peringkat paling atas kasus yang ditangani Dinas PPPA Kota Bandung. Perundungan yang dialami anak mayoritas terjadi karena orang terdekat, bisa dari orang tua, saudara, atau teman bermain di lingkungan rumah.
“Pelakunya variatif, tapi mayoritas ini memang yang ada di sekitar,” ungkap Rita.
Untuk korban yang mendapat perundungan atau kekerasan lainya, Dinas PPPA Bandung sudah memberikan pendampingan termasuk mendatangkan psikolog profesional. Harapannya kekerasan yang menimpa tidak membuat korban merasa tertekan ke depannya.
2. Seorang suami tak terlepas dari kekerasan berumah tangga
Rita menyebut, selain anak dan perempuan, kekerasan juga terjadi pada seorang lelaki atau suami. Meski angkanya tidak kecil, tapi kasus ini masih ada di Bandung.
“Jadi kekerasan pada anak, KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), perempuan, dan setelah itu ada kekerasan pada suami,” ungkap Rita.
Namun untuk angka detail kasus kekerasan lainnya dia belum bisa menjabarkan. Meski demikian grafiknya memang naik selama pandemik ini.
3. Komunikasi keluarga penting hindari aksi kekerasan
Untuk meminimalisir adanya kekerasan kepada anak, istri, atau suami, Rita mengimbau agar komunikasi dalam sebuah keluarga bisa dijalin seharmonis mungkin. Keberadaan gadget atau ponsel pintar serta kebiasaan mengkonsumsi media sosial yang berlebihan bisa membuat komunikasi tidak lancar.
Khusus pada anak-anak, orang tua harus bisa mendidik mereka pintar dalam bermedia sosial dan berkomunikasi dengan ligkungan sekitar. Hindari penggunaan berlebihan media sosial dan pantau apa saja yang mereka lihat.
“Keluarga harus lebih banyak meluangkan waktu, jangan lepaskan mereka dari pengawasan kita,” jelasnya.