BANDUNG – Pasar Kreatif Bandung sukses meraup omzet Rp1,56 miliar. Padahal, baru berjalan dua bulan, yakni sejak 3 September lalu.
Dilansir dari laman resmi Humas Bandung, jumlah tersebut bisa bertambah mengingat Pasar Kreatif baru akan berakhir pada 28 Oktober 2020 mendatang
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung, Elly Wasliah mengungkapkan hal itu pada Bandung Menjawab yang digelar Bagian Humas Setda Kota Bandung, di Auditorium Rosada, Balai Kota Bandung. Kamis (22/10/2020),
Elly mengatakan, Pasar Kreatif Bandung diikuti 212 pengrajin. Melihat omzet tersebut, ia menilai cukup baik, mengingat acara dilangsungkan di tengah pandemi Covid-19 saat ekonomi tengah melesu.
“Itu catatan hingga Minggu 18 Oktober 2020 lalu. Cukup baik ya. Karena ini kita ada di tengah pandemi. Kita juga terbilang berani karena menyelenggarakannya di tengah kelesuan ekonomi akibat pandemi,” ungkap Elly.
Elly mengaku banyak menerima apresiasi positif dari para pedagang. Hampir 65 persen pedagang mendapatkan omzet Rp1-10 juta, bahkan ada yang mendapat omzet lebih dari Rp100 juta. Pendapatan omzet tertinggi didapat dari sektor fesyen.
“Mereka tidak dipungut biaya apapun. Mereka tampil di mal-mal yang ternama. Juga produknya ada terjual. Maka mereka sangat mengapresiasi,” akunya.
Elly melihat, pasar kreatif baru ada di Kota Bandung , belum ada yang lain. “Makanya ini satu keberanian karena kita ingin geliat ekonomi di Kota Bandung tetap hadir,” beber Elly.
Pasar Kreatif Bandung diselenggarakan serentak di sembilan pusat perbelanjaan ternama, yakni Paris van Java, Bandung Electronic Center, Trans Studio Mall, 23 Paskal, Istana Plaza, Bandung Indah Plaza, Kings Shopping Center, Festival Citylink, dan Cihampelas Walk. Di setiap mal, para pengrajin membuka stan selama 10 hari.
Pemilihan pusat perbelanjaan sebagai tempat diselenggarakannya pameran karena tempat tersebut dinilai paling aman dan paling disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Acara ini juga didukung oleh Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI).
“Disdagin Kota Bandung memang memiliki program kerja sama dengan APPBI berupa fasilitasi antara pengusaha dengan pusat perbelanjaan. Jadi para pedagang yangikut serta dalam Pasar Kreatif Bandung ini tidak dipungut biaya sama sekali, alias gratis,” tutur Elly.
Upaya ini merupakan langkah Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung untuk membangkitkan geliat ekonomi masyarakat, terutama para pengrajin di sektor kraf dan fesyen.
Bekerja sama dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Bandung, para pengrajin ini telah melewati proses kurasi sehingga produknya pun dipastikan berkualitas.
Sementara itu, Ketua Dekranasda Kota Bandung, Siti Muntamah menuturkan, pihaknya menjadi wadah yang ingin terus menghidupkan geliat usaha para pengrajin, terutama sektor usaha kecil dan menengah.
“Kami ingin membantu UMKM yang terdampak pandemi. Kami mengajak Disdagin untuk berkolaborasi, dan alhamdulillah juga mendapat bantuan dari banyak pihak, khususnya dari sektor pasar digital,” jelas Siti.
Menurutnya, pasar digital menjadi solusi bagi sebagian besar pengusaha kecil dan menengah untuk bisa bertahan di tengah guncangan pandemi ini. Maka dari itu, Dekranasda terus mendorong agar para pelaku usaha kreatif juga bisa beradaptasi dengan pasar itu.
“Kami pun memberikan pelatihan dan pendampingan, bekerja sama dengan Blibli.com, Tokopedia, dan Grab. Ada di atas 200 orang yang mengikuti pelatihan,” ungkapnya.
Ke depannya, Dekranasda dan Disdagin akan kembali menggelar pameran serupa di akhir tahun 2020 dengan tema “Hijab Festival”. Sebagai trend setter fesyen muslim Indonesia, Kota Bandung ingin mengambil peran dalam mempromosikan produk-produk Kota Bandung agar bisa dipasarkan lebih besar lagi.
“Kami juga mengimbau masyarakat untuk terus mendukung produk-produk lokal Kota Bandung sehingga perekonomian masyarakat bisa terus bergerak dan kita bisa ‘survive’ di tengah pandemi ini,” katanya.
Sumber: Humas Bandung