BANDUNG — Sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung, Kelurahan Gempolsari menghadapi tantangan lingkungan yang cukup kompleks.
Mulai dari pengelolaan sampah, risiko banjir, hingga pemanfaatan ruang publik, berbagai langkah terus dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang lebih nyaman dan asri.
Koordinasi dengan berbagai pihak menjadi kunci utama dalam menjaga kebersihan, terutama karena aliran sungai di kawasan ini kerap menjadi tempat penumpukan sampah.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pihak kelurahan telah memasang jaring besi sebagai penyaring sampah agar proses pengelolaan menjadi lebih efektif.
“Kami pastikan sampah tidak berakhir di Kota Bandung. Pengelolaannya kami lakukan melalui koordinasi dengan DLH Kota Cimahi,” ujar Lurah Gempolsari, Tri Setya Handayani.
Selain sampah, banjir juga menjadi perhatian, terutama di RW 06 yang kerap tergenang saat hujan deras.
Untuk mengurangi dampak banjir, Kelurahan Gempolsari terus mengupayakan solusi melalui diskusi dengan berbagai pemangku kepentingan dari Kota Cimahi maupun Kabupaten Bandung.
Dalam upaya memperkuat pengelolaan lingkungan, Kelurahan Gempolsari juga aktif dalam berbagai program hijau.
Tahun ini, mereka meraih Juara 3 dalam program Buruan Sae dan sedang bersiap mengoperasikan mesin olah runtah (Motah) yang mampu mengolah sampah hingga satu ton per jam.
“Kami sangat mengapresiasi Pemerintah Kota Bandung atas program ini. Semoga dengan adanya mesin Motah, pengelolaan sampah di wilayah kami bisa lebih efektif,” jelas Tri.
Mesin tersebut dijadwalkan mulai beroperasi pada 12 Februari dan diharapkan bisa langsung diresmikan pada hari yang sama.
Tak hanya fokus pada kebersihan, inisiatif warga dalam memanfaatkan ruang publik juga berkembang pesat.
Salah satunya adalah brand.gg, gerakan revitalisasi gang sempit atau brandgang di RW 02 yang diinisiasi oleh Andi Abdulqodir dan Arum Kartikaningbudi.
Sebelumnya, gang-gang kecil di antara rumah warga hanya berfungsi sebagai jalur sirkulasi udara dan akses darurat.
Kini, lorong-lorong itu telah disulap menjadi ruang publik yang lebih bersih, sehat, dan penuh warna.
“Brandgang ini kami jadikan ruang bagi pemuda untuk mengembangkan wawasan kreatif dengan turun langsung ke masyarakat. Kami ingin kreativitas anak muda tak hanya berakhir di kanvas atau layar gadget, tetapi juga bisa diaplikasikan di lingkungan sekitar,” kata Ketua RW 02 Gempolsari, Andi.
Sejauh ini, sudah ada 22 gang yang direvitalisasi, dengan empat lorong utama yang memiliki fungsi spesifik.
Di antaranya Kebun Rukun Asih sebagai kebun bersama warga, Lorong Komunitas yang menjadi ruang berkumpul dan kegiatan seni budaya, Lorong Perdamaian sebagai proyek awal revitalisasi, serta Lorong Perjalanan Air yang berfokus pada edukasi lingkungan dan sanitasi.
“Kami mengerjakan semua ini secara terbuka. Setiap ada kegiatan, warga yang melihat langsung menjadi penasaran dan akhirnya ikut berpartisipasi,” tambah Andi.
Saat ini, brand.gg telah memasuki volume kelima dengan tema air dan sanitasi.
Peluncuran proyek ini juga melibatkan Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Bandung sebagai bagian dari upaya menjaga lingkungan yang lebih bersih dan sehat.