BANDUNG – Pasar Baru Kota Bandung menjadi primadona kala wisatawan datang ke Kota Kembang. Di sana, masyarakat bisa mencari beragam fashion dengan harga terbilang murah.
Namun sayang, kini pedagang di Pasar Baru banyak yang merugi dan menutup lapaknya. Bahkan tak sedikit ruko yang bertuliskan “dijual/dikontrakan”.
Himpunan Pedagang Pasar Baru Bandung (HP2B) mengklaim para pedagang kini tak mampu lagi berjualan lantaran sepi pembeli selama pandemi Covid-19.
Terlebih, saat diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), ribuan kios pun harus ditutup untuk menekan penyebaran virus corona.
“Dari 5.200 ruang dagang, hampir 60 persen sudah tidak sanggup lagi berjualan dan berniaga,” ujar Ketua HP2B, Iwan Suherman, dilansir dari laman Kompas, Selasa (10/11/2020).
Situasi ini pun otomatis menyebabkan ribuan pelayan toko dipecat dan dirumahkan.
“Bisa dikatakan Pasar Baru Bandung adalah klaster baru yang melahirkan pengangguran di Kota Bandung,” cetusnya.
Iwan pun menyesalkan dampak besar pandemi Covid-19 yang melumpuhkan sejumlah aktivitas lainnya yang berkaitan, termasuk ibadah haji dan umrah serta vakumnya kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
“Dengan adanya kebijakan tidak boleh berangkat haji dan umrah, maka usaha oleh-oleh dan perangkat haji juga lumpuh,” ujar Iwan.
“Biasanya pasar-pasar se-Jawa Barat belanja ke Pasar Baru. Sekarang tidak ada yang sekolah, otomatis memperparah kondisi Pasar Baru,” imbuhnya.
Untuk itu, Iwan pun berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung memerhatikan kepada para pedagang dan karyawan di Pasar Baru yang sangat terdampak pandemi.
“Kami berharap Pemerintah Kota Bandung mengeluarkan kebijakan dan stimulus agar para pedagang diberikan keringanan atas kewajiban terhadap perbankan dan berbagai pajak guna memulihkan perekonomian Kota Bandung,” harapnya.