BANDUNG — Persoalan banjir masih menjadi tantangan bagi warga Kelurahan Antapani Kidul. Tiga sungai yang melintasi wilayah ini, yakni Ciparumpung, Cidurian, dan Cibodas, kerap meluap ketika hujan deras hingga menyebabkan genangan di sejumlah RW.
Lurah Antapani Kidul, Dedi Juardi, menyebut banjir dipicu oleh sedimentasi dan penyempitan aliran akibat bangunan liar.
“Sungainya kecil, jadi meluber ke atas. Ada penyempitan dan sedimentasi. Bahkan ada warga yang mengurug untuk bangunan di kiri-kanan sungai,” jelas Dedi saat kegiatan Siskamling Siaga Bencana, Kamis (25/9/2025).
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menambahkan bahwa pola penyempitan sungai akibat pembangunan liar tidak hanya terjadi di Antapani Kidul.
“Kalau nanti saya verifikasi ke lapangan, jangan-jangan polanya sama dengan Babakan Ciamis, sama dengan Cikapundung, sama dengan Citepus. Makin banyak kita bisa mencatat, artinya kita akan mengetahui polanya,” ujarnya.
Sejak 2021, langkah penanganan banjir di Antapani Kidul dilakukan lewat kerja sama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan program Citarum Harum.
Beberapa bangunan liar di sempadan Sungai Cidurian dan Cibodas ditertibkan. Warga terdampak juga mendapat relokasi, termasuk 35 unit hunian sementara di Rusun Rancacili.
Dari penertiban itu, lahirlah proyek Waterfront Cidurian-Cibodas sepanjang 1,3 km. Kawasan bantaran sungai yang dulu kumuh kini mulai berubah menjadi ruang publik yang lebih tertata.
Selain menahan luapan air, area ini kini bisa digunakan warga untuk olahraga, rekreasi, hingga wisata swafoto.
Proyek ini juga mendukung program kesehatan seperti target 100% bebas buang air besar sembarangan (ODF) dan penurunan angka stunting.
Farhan menegaskan normalisasi sungai membawa manfaat ganda.
“Normalisasi sungai bukan hanya soal menanggulangi banjir, tapi juga membuka ruang kota yang sehat, produktif, dan bermanfaat bagi warga,” ucapnya.
Selain proyek besar, warga bersama kelurahan juga rutin melakukan program padat karya. Mereka mengeruk sedimentasi di Sungai Cibogo, membersihkan gorong-gorong, dan menormalisasi saluran air sebagai langkah cepat untuk mengurangi risiko banjir.
Dengan upaya bersama ini, Antapani Kidul diharapkan bisa menjadi contoh kawasan yang berhasil menata lingkungan sekaligus mengantisipasi bencana.