BANDUNG – Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil turut merespons terkait adanya mural atau coretan di dinding berisikan kritik untuk pemerintah. Pria yang akrab disapa Kang Emil itu juga memposting papan reklame yang bertuliskan “mural is dead“.
Ridwan Kamil pun mengajak masyarakat bersikap bijak terkait maraknya mural berisikan kritikan. Hal itu disampaikannya pada Rabu (1/9/2021).
mengajak para seniman ataupun masyarakat yang gemar menggambar mural untuk berdiskusi dan menyepakati batas kritik pada dinding mural yang menghiasi kota.
MURAL IS DEAD?
Kita ini harus berdialog, dalam merumuskan “batas”.
Batasan mana yang boleh dan pantas, mana yang tidak boleh dan tidak pantas.
Di dunia digital pun, tidak semua dari kita paham, mana itu “kritik” argumentatif mana itu “buli/hinaan”.
Orang berjiwa besar bicarakan gagasan, orang berjiwa kerdil bicarakan/gosipkan orang.Seperti lalu lintas kita pun dibatasi di lampu setopan, kebebasan ekspresi pun dibatasi, oleh nilai “kesepakatan budaya dan kearifan lokal”. Itulah kenapa isu “mural kritik” kelihatannya hari ini masih berada di ruang abu-abu.
Jika belum ada kesepahaman, maka tafsir boleh/tidak boleh akan selalu menyertai perjalanan dialektika “ ini kritik atau hinaan” dalam perjalanan demokrasi bangsa ini.
Dalam perspektif saya, Mural adalah seni ruang publik yang “temporer”. Ada umurnya.
Pelaku mural juga harus paham dan jangan baper, karena karyanya suatu hari akan hilang. Apalagi tanpa ijin pemilik tembok. Bisa pudar tersapu hujan, dihapus aparat ataupun hilang ditimpa pemural lainnya.
Mari berdialog.
-Ridwan Kamil-