BANDUNG – Taman Hutan Raya (Tahura) Jalan Ir. H. Djuanda Kota Bandung menggelar pameran pada Minggu (14/3/2021).
Kepala Balai Tahura, Lian Lubis mengatakan bahwa pameran ini juga memajangkan sederet lukisan bagaimana indahnya pemandangan dan satwa yang ada di Tahura Djuanda kota Bandung sejak dulu.
Di sisi lain, pameran ini bertujuan untuk menyelamatkan habibat burung merandai di wilayah Badung Raya. Pasalnya, habitat di Bandjng semakin menyempit akibat banyak lahan yang telah dijadikan pemukiman warga.
“Pameran ini saya ingin merekam barangkali rekaman terakhir dari kehidupan satwa liar yang ada di sana itu karena lahan itu makin lama makin kecil, makin sempit it di lingkungan oleh perumahan,” kata Lian Lubis saat ditemui di Tahura kota Bandung, Minggu (14/3/2021).
“Barangkali dengan pameran ini ini orang lihat bahwa semuanya itu indah, semuanya Itu penting untuk kita. Itu sih latar belakangnya,” katanya.
Selain mengenai pembangunan, Lian Lubis juga berpesan agar tidak ada lagi pengeringan rawa di Bandung Raya demi menyelamatkan burung merandai.
“Kalau ada pembangunan, di sana pasti mereka terganggu kalau tidak dikasih baberzone. Itu harus diberikan, Jangan hanya di pagar-pagar,” kata Lian Lubis.
“Kalau memindahkan (habitat) itu susah karena itu kan burung meranda. Kalau di tahun ini juga bukan kawasan rawa, dia harus di Rawa kalau rawa-rawa disana kering juga dia akan hilang. Maka hati-hati tuh Ngeringin rawa Karena banyak habitat yang hilang juga.”
“Jadi jangan dibilang demi manusia kemudian yang lainnya hilang. Itu terjadi di kawasan Gedebage, benar-benar kering tidak terkontrol habitat alaminya. Pasti banyak orang nggak tahu di sana pernah Kegiatan apa kehidupan yang berubah zaman lalu,” bebernya.
Dalam pameran ini, pengelola Tahura Bandung menggalang dana untuk survei habitat hingga menyelamatkan burung merandai, terutama di Kampung Rancabayawak atau lebih sering dikenal Kampung Blekok, di daerah Gedebage, Kota Bandung.
Sementara ini, Lian Lubis mengatakan bahwa pihaknya telah mengumpulkan dana belasan hingga puluhan juta.
Lian Lubis pun melelang 1 sketsa atau drawing tentang sepasang kuntul kerbau (Bubulcus Ibis) spesies burung dalam famili Ardeidae.
“Kita pamerannya ada 12 foto saja, 10 sudah sold out. Kemudian dua minggu lagi kita pameran di herbal house. Dan dana ini kami pakai untuk bikin buku survei habitat, survei segala macam. Jadi kita dokumentasikan nanti kita coba juga berbicara sama orang lain bagaimana nih solusinya bahkan kita nggak punya uang untuk itu. Makanya kami galang dana pakai jual lukisan,” ujar Lubis.
Pengelola Tahura Kota Bandung menjual lukisan satwa dalam pameran ini seharga Rp2,5 juta. Bahkan ada pula peminat yang telah memesan lukisan dari jauh hari.
Lian Lubis berterimakasih kepada orang dermawan yang telah rela merogoh koceknya meski dalam situasi pandemi Covid-19.
“Ternyata banyak orang juga tidak takut untuk mengeluarkan uangnya pada pandemi ini. Mereka juga peduli sebelum pameran sudah pesan saya kasih listnya. Saya stop 10 (lukisan) aja karena saya nggak sanggup mengelola yang besar, dan ini sudah terjual semua tadi tambahan lagi 2 jadi 12 yang terjual,” kata Lubis.
“Paling mahal lukisan saya 20 juta itu lelang di tengah-tengah sempat ada yang nawar dua kali. Cuman saya bilang saya setop di sini ajalah karena ada kerja jangka panjang yang tadi kalau ini semua rata-rata Rp2,5 jura. Kalau sketsa 20 juta, saya buka 15 juta terus naik naik kemudian di setop di situ,” imbuhnya.