BANDUNG — Bandung kembali menghadirkan ruang publik baru yang segar dan berbeda dari biasanya.
Namanya Taman Lost City Maleer, terletak di RW 12 Kelurahan Maleer, Kecamatan Batununggal.
Diresmikan oleh Wali Kota Bandung Muhammad Farhan, Kamis, 15 Mei 2025, taman ini membawa nuansa vintage retro city yang unik, sekaligus menjadi simbol gotong royong warga di bantaran Sungai Cikapundung Kolot.
Kota yang Hilang, Tapi Ditemukan Kembali
Taman ini berdiri di lahan sempit sepadan sungai seluas 500 meter persegi.
Meski kecil, penataannya menarik: ada taman vertikal, pepohonan rindang, plaza, sampai lapangan keranjang mini.
Konsepnya mengangkat ide “kota yang hilang”—bukan sekedar estetika, tapi juga menghidupkan kembali kawasan yang sebelumnya terabaikan.
“Ruang publik seperti ini adalah jantung komunitas. Semua bisa datang, berkumpul, tanpa melihat latar belakang,” ujar Farhan.
Dari Sungai Kumuh Jadi Ruang Estetik
Kawasan ini dulunya padat dan berdekatan langsung dengan aliran sungai.
Tapi lewat revitalisasi, kini kawasan RW 12 jadi contoh organisasi yang rukun, bersih, dan peduli lingkungan.
Komunitas mural Karasa dari RW 2 Gempolsari pun ikut meramaikan taman dengan karya seni mural di dinding rumah warga sekitar.
Mural warna-warni memberi sentuhan artistik khas Bandung.
Kolaborasi Bersih-Bersih Sungai
Dalam momen peresmian, juga ditandatangani kerja sama antara Pemkot Bandung dan komunitas River Clean Up. Ke depannya, kesepakatan kawasan akan dibarengi dengan aksi bersih-bersih sungai yang melibatkan anak muda.
“Sampah dari sungai tidak langsung dibuang, tapi dipilah, dimanfaatkan. Ini baru namanya pengurangan sampah dari sumbernya,” kata Farhan.
Meniru Seoul, Mengubah Wajah Bantaran Sungai
Menurut Kepala DSDABM Kota Bandung, Didi Ruswandi, Taman Lost City Maleer merupakan taman ke-6 yang dibangun di sepanjang Sungai Cikapundung Kolot.
Konsepnya meniru kota besar seperti Seoul, Korea Selatan, yang berhasil menyulap bantaran sungai menjadi ruang publik yang aman dan indah.
“Dulu bantaran sungai dianggap zona terlarang. Sekarang jadi taman warga, bebas rumah pembohong, bebas buang air sembarangan. Ini juga membantu mencegah penyempitan sungai,” jelas Didi.