BANDUNG –
Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) terus berupaya mengurangi jumlah warga yang gagal divaksinasi Covid-19 dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara online atau telemedicine.
Berkaca dari hasil evaluasi di sentra vaksinasi yang tersedia, hampir 20 persen lansia tidak memungkinkan divaksinasi karena riwayat medisnya.
“Proses skrining kesehatan bisa dilakukan secara telemedicine atau online. Selama ini kita mendapati lansia yang datang, saat diwawancarai ternyata hampir 20 persennya tidak memungkinkan karena masalah klinisnya,” kata Gubernur Jabar Ridwan Kamil di Arcamanik, Kota Bandung, Kamis (18/3/2021).
Inovasi itu dilakukan dengan menggandeng Good Doctor Indonesia sebagai penyedia teknologi tersebut. Diharapkan tingkat kedatangan warga yang gagal divaksinasi COVID-19 bisa berkurang.
“Maka tingkat kedatangan yang gagal divaksin bisa turun hingga empat persen dan nanti 0 persen,” kata Emil — sapaan Ridwan–.
Dalam tinjauannya ke tempat vaksinasi massal Covid-19 di Sport Center Arcamanik, Kota Bandung, Pemprov Jabar mulai berbenah dalam sistem penyuntikan vaksin. Mulai dari dibangunnya bilik vaksin bagi perempuan. “Untuk perempuan yang kurang nyaman dilihatin orang ada pilihan seperti itu,” ujar Emil.
Pembenahan lainnya, adalah penambahan fasilitas bagi lansia dan pendampingnya. “Kalau lansia itu dikali dua, karena biasanya selalu dengan pendamping, saat antre, biar enggak bingung karena sepuh maka pada kursi antreannya dikasih satu untuk pendamping juga,” ucapnya.
Saat ini, ujar Emil, dibutuhkan 40 gedung untuk dijadikan sentra vaksinasi. Di Jabar sendiri memerlukan 72 juta dosis vaksin, untuk diberikan kepada 36 juta warga Jabar.
“Karena itu kalau hanya mengandalkan pemerintah kami keteteran, kalau hanya mengandalkan puskesmas yang kecil hanya sehari 60 org kali jumlah puskesmas itu bisa bertahun-tahun,” katanya.
“Oleh karena itu saya sangat mengapresiasi, Jabar mencari pihak swasta atau pihak ketiga seperti Grab yang mau bela negara menjadi panitia vaksinasi massal ini,” ujar Emil menambahkan.
Ditargetkan 5.000 orang akan divaksinasi selama tiga hari ke depan. Selain itu dalam vaksinasi massal tersebut juga tersedia vaksinasi drive thru.
“Pokoknya tidak ada istilah molor, istilah salah target,” ucap Emil menegaskan.