BANDUNG — Trotoar bukan sekadar tempat melangkah. Ia adalah ruang hidup kota, tempat cerita-cerita kecil bermula.
Itulah mungkin semangat yang diusung komunitas Truno Street Market Legacy, saat mereka turun langsung ke Jalan Bahureksa, Kota Bandung.
Dilansir dari unggahan akun Instagram @beritakotabandung, komunitas ini melakukan aksi penanaman pohon, pengecatan ulang jalur pejalan kaki, serta pembersihan trotoar yang mulai gersang.
Tujuannya sederhana tapi bermakna: membuat trotoar kembali nyaman dan indah untuk semua orang.
“Untuk Mereka yang Melangkah, Kita Percantik Jalan Ini,” tulis mereka dalam kampanyenya.
Poster-Poster Satir yang Menyentil
Tak hanya aksi fisik, kampanye ini juga disertai dengan poster-poster visual penuh pesan dan gaya bahasa yang nyentrik.
Beberapa di antaranya bahkan menggunakan bahasa Sunda, sindiran satir, hingga humor gelap yang menggelitik.
Berikut cuplikan beberapa poster yang mereka pasang di ruang publik:
“Bila Anda Tidak Mampu Buang Sampah Pada Tempatnya Maka Telan Makanan/Minuman Anda”
“Ya Allah, Saya Rela Menerima Adzabmu Karena Membuang Sampah Di Sini”
“Kalau mau buang sampah sembarangan, jangan harap semesta mendukung”
“Kade geus di BEBENAH yeuh! Tong di ruksak, kumaha mun nu meresan nyerenteng? Saha nu rek nahan?”
Lebih dari sekadar kegiatan fisik, aksi ini punya pesan sosial yang kuat. Dalam narasi yang mereka sampaikan, Truno Street Market Legacy menekankan pentingnya rasa memiliki terhadap ruang publik.
“Setiap hari, trotoar jadi saksi banyak cerita—orang berangkat kerja, anak sekolah, pedagang yang menata dagangannya. Tapi siapa yang menjaga trotoar itu tetap nyaman?”
“Kami di Truno Street Market Legacy ingin menjawab pertanyaan itu dengan tindakan,” lanjutnya.
Komunitas ini mengajak masyarakat untuk tidak hanya menikmati fasilitas kota, tapi juga ikut merawatnya. Apa yang mereka lakukan adalah bentuk nyata cinta pada lingkungan, gotong royong, dan kepedulian terhadap ruang bersama.
“Ini bukan hanya tentang tanaman dan cat. Ini tentang cinta pada lingkungan. Tentang gotong royong. Tentang tanggung jawab yang lahir dari rasa memiliki.
Mari terus rawat bersama. Karena kota ini, bumi ini, adalah rumah kita semua.”
Aksi semacam ini menjadi contoh positif bahwa kepedulian terhadap kota bisa dimulai dari hal sederhana.
Dan Bandung, seperti halnya kota lain, butuh lebih banyak langkah kecil yang berdampak besar—seperti yang dilakukan Truno Street Market Legacy.