BANDUNG – Penipuan memang kerap marak terjadi melalui media sosial.
Bahkan baru-baru ini, viral penipuan online menggunakan aplikasi Telegram.
Modusnya yaitu korban diundang ke grup Telegram untuk ditawari pekerjaan sebelum ditipu pelaku.
Salah seorang korban bercerita melalui Twitter, awalnya pekerjaan tersebut menghasilkan keuntungan, tetapi berujung penipuan.
Warganet dengan akun @Giarsyahsyifa mengungkapakan pengalamannya menjadi korban penipuan di sebuah grup Telegram.
Ia awalnya diundang ke grup Telegram dari seseorang yang mengaku berasal dari accurate creative, perusahaan media partner iklan dan pemasaran.
Pelaku mengaku dari perwakilan perusahaan pun menjelaskan korban bisa mendapat uang dengan melakukan tugas seperti like dan subscribe channel YouTube mitra dari perusahaan itu.
1. Awalnya dari WA terus diinvite ke dalam grup telegram, ngaku dari accurate creative (perusahaan media partner iklan dan pemasaran) dia ngasi tugas buat like+subscribe channel youtube para mitra dari perusahaan itu. ibarat naikin traffic akun pake bot tapi ini real user asli. pic.twitter.com/uAM7Ux8hSD
“Ibarat naikin traffic akun pake bot tapi ini real user asli,” ujar akun tersebut dalam cuitannya, Minggu (7/5/2023).
Katanya, anggota dalam grup Telegram mencapai sekitar 300 orang. Karena jumlah anggota yang cukup banyak, Syifa pun yakin bergabung dengan grup tersebut meski awalnya tidak berminat.
“Setiap selesai 3 tugas, rewardnya langsung ditransfer. yaudah akhirnya cobain. Malam itu aku ngerjain 3 tugas dan bener di transfer 15ribu. Lanjut aku ngerjain tugas ke 4 dan 5, tapi tugas ke 6-nya bukan like dan subscribe,” ujarnya.
Tugas lanjutannya itu disebut tugas peningkatan, yang dimaksudkan untuk meningkatkan penghasilan dari semula Rp15 ribu menjadi Rp30 ribu.
Pada tugas lanjutan, korban diminta untuk menaikkan transaction rate di website kripto dengan cara deposit.
Angkanya pun bahkan sudah ditentukan oleh admin dengan beberapa pilihan, yakni Rp300 ribu, Rp400 ribu, dan Rp500 ribu. Nah tugas ini juga memberikan imbalan tambahan sebesar 20 persen dari nilai transaksi.
“Awalnya ya enggak mau dong kalo harus ngeluarin duit kan. Tapi di grup yang membernya 300 orang itu rame banget mereka pada berbondong-bondong nyobain bahkan nominalnya ada yang sampe jutaan, dan ya keliatannya bener mereka share juga bukti transfer rewardnya 20 persen dari nominal deposit,” bebernya.
“Akhirnya aku pun ikut deposit,” lanjutnya.
Sebelum tertipu, keputusan untuk deposit sempat berbuah manis. Apa yang dijanjikan sebagai reward diterima Syifa di rekeningnya.
Alhasil korban kemudian mendapat tugas like dan subscribe kembali. Tugas deposit pun datang kembali, tetapi dengan nominal yang lebih besar, yaitu Rp996 ribu, Rp1.988 juta, dan Rp2.558 juta.
Saat itu korban memilih nominal yang paling besar karena merasa pekerjaan yang dilakukannya ini aman dan bukan penipuan.
Setelah sukses transfer, korban dipindahkan ke grup VIP yang lebih kecil beranggotakan 5 orang yang salah satunya adalah admin. Admin kemudian menjelaskan anggota grup ini akan melakukan tugas sebagai kelompok, dan ketika salah satu anggota tidak menyelesaikan tugas, deposit yang dilakukan akan hangus.
Anggota grup awalnya hanya diminta memberi rating dan review pada sejumlah hotel dan restoran. Namun anggota grup tersebut kemudian diminta untuk melakukan deposit lagi, padahal imbalan dari deposit sebelumnya saja belum diterima.
“Tugas 2 ini diminta deposit lagi 3.7 juta. Udah enggak mau ikutan tapi semua dalam grup VIP itu pada deposit, yaudah karena gamau jadi beban tim akhirnya aku deposit juga,” ujar Syifa.
Karena belum mendapat untung dari deposit kedua ini, admin meminta anggota grup VIP untuk deposit dengan nominal yang lebih besar lagi, yakni Rp14,7 juta.
Si admin berdalih ini adalah deposit terakhir yang harus dilakukan anggota grup agar semua imbalan dari tugas bisa mereka terima.
Korban pun lantas menggunakan uang tabungannya untuk melakukan deposit ‘terakhir’ tersebut.
Namun sayangnya deposit terakhir tersebut masih memiliki buntut. Admin kemudian meminta anggota grup untuk melakukan deposit dengan jumlah dua kali lipat dari sebelumnya, yakni sekitar Rp30 juta.
Korban akhirnya tersadar dirinya telah ditipu oleh pekerjaan tanpa modal tersebut dan melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian.