BANDUNG — Pemerintah Kota Bandung menargetkan penciptaan 15.000 lapangan kerja baru hingga akhir tahun 2025.
Hal ini disampaikan Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, saat membuka gelaran Job Fair 2025 di Graha Manggala Siliwangi, Selasa (17/6/2025).
“Ini langkah awal untuk mengejar target 15.000 lapangan kerja hingga akhir tahun ini,” kata Farhan.
Ia memastikan, partisipasi puluhan perusahaan dalam bursa kerja kali ini bukan hanya sebatas simbolis. Lowongan yang dibuka merupakan peluang kerja nyata dari berbagai sektor.
“Saya pastikan ini bukan formalitas. Perusahaan anggota Apindo benar-benar membuka lapangan kerja yang riil,” tegasnya.
Guna menghindari kepadatan pengunjung, pelaksanaan job fair dilakukan secara hybrid. Selain datang langsung ke lokasi, pencari kerja juga bisa mendaftar secara online melalui aplikasi.
Farhan juga menekankan pentingnya inklusivitas. Ia mendorong perusahaan untuk membuka ruang bagi penyandang disabilitas.
“Kita dorong minimal 2 persen dari total lowongan untuk penyandang disabilitas. Tantangannya bukan hanya menyediakan pekerjaan, tapi memastikan mereka bisa bertahan di lingkungan kerja tersebut,” jelasnya.
Saat ini, jumlah pengangguran terbuka di Kota Bandung tercatat mencapai sekitar 100.300 orang. Pemerintah menargetkan angka ini bisa ditekan secara bertahap.
“Kami targetkan penurunan 15 persen per tahun. Harapannya, di akhir periode pertama saya menjabat, angka pengangguran tinggal 50 ribu,” ucapnya.
Namun demikian, ia menyadari tantangan terbesar justru berada pada ketimpangan antara dunia pendidikan dan kebutuhan industri.
“Link and match masih jadi masalah. Makanya pelatihan dan UMKM Center di tiap kecamatan sedang kita bangun,” ujar Farhan.
Sebagai strategi jangka panjang, Pemkot Bandung juga akan memanfaatkan jaringan Koperasi Merah Putih yang tersebar di 151 kelurahan.
“Ini akan kita resmikan bareng Presiden di Hari Koperasi Nasional,” tambahnya.
Farhan pun realistis. Ia menyebut, pengangguran terbuka tidak bisa ditekan hingga nol. Namun, target tahun depan adalah menurunkan angka tersebut ke 6,4 persen.