BANDUNG — Pemerintah Kota Bandung tengah berupaya mengintegrasikan tiga program unggulannya, yaitu Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan), Buruan Sae, dan Dapur Dahsat, agar bisa berjalan beriringan di setiap RW.
Langkah ini dibahas dalam kegiatan Siskamling Siaga Bencana yang berlangsung di berbagai wilayah Kota Bandung.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, mengatakan ketiga program tersebut merupakan bentuk solusi berlapis yang saling berkaitan untuk menjawab persoalan kota, mulai dari pengelolaan sampah, inflasi pangan, hingga penanganan stunting.
“Kang Pisman mengolah sampah organik menjadi kompos, Buruan Sae memanfaatkan kompos itu untuk menanam sayuran dan pangan keluarga. Lalu, hasilnya dipakai di Dapur Dahsat untuk memberi makanan bergizi kepada anak-anak dan warga rentan. Jadi ini harus terintegrasi di tiap RW,” ujar Farhan di Kantor Kelurahan Wates, Jumat (3/10/2025).
Farhan juga menegaskan pentingnya kolaborasi antarwarga dan pemerintah dalam menjaga ketahanan lingkungan dan sosial di tingkat wilayah.
“Berbagai potensi dan tantangan di wilayah harus dihadapi dengan semangat kolaborasi. Gerakan warga jaga warga, warga jaga kota, harus terus digiatkan untuk melindungi kelompok rentan dan memastikan tidak ada warga yang terabaikan,” tegasnya.
Tantangan di Kelurahan Wates
Dalam kesempatan yang sama, Lurah Wates, Darmawansyah, mengungkapkan sejumlah isu utama yang masih dihadapi wilayahnya.
Mulai dari banjir, pengangguran, hingga stunting yang masih cukup tinggi.
“Masalah banjir masih terjadi di RW 3 sampai RW 7, sementara data stunting ada 38 anak yang tersebar di beberapa RW. Kami juga mencatat sekitar 391 warga yang masih menganggur, dan itu jadi tantangan kesejahteraan di Wates,” kata Darmawansyah.
Selain itu, wilayah Wates juga memiliki 69 penyandang disabilitas dan masih menghadapi potensi kerawanan sosial seperti pencurian kendaraan bermotor, narkoba, dan kekerasan seksual terhadap anak.
Namun di sisi lain, Darmawansyah menilai Wates memiliki potensi besar untuk tumbuh lewat gotong royong dan pemberdayaan masyarakat.
“Wates punya kekuatan gotong royong yang besar. Program-program pemberdayaan seperti posyandu, PKK, hingga karang taruna cukup aktif,” ujarnya.
Inovasi Pelayanan Warga
Ia juga memperkenalkan dua inovasi pelayanan publik yang telah berjalan lebih dari dua tahun di Kelurahan Wates, yakni Ngawargi (Ngalayanan Wargi) dan Sila Bewara (Silaturahmi Lurah Bersama Warga).
“Program ini sudah berjalan lebih dari dua tahun. Jadi, Lurah akan berkantor di tujuh RW yang ada di Wates, sehingga dapat menyerap informasi dan melihat secara real peristiwa di lapangan,” jelasnya.
Darmawansyah menambahkan, partisipasi warga yang tinggi menjadi modal kuat dalam membangun wilayah yang tangguh dan inklusif.
“Kami melihat semangat warga luar biasa. Dengan dukungan Pemkot Bandung, kami optimis Kelurahan Wates bisa terus tumbuh sebagai kelurahan yang tangguh bencana sekaligus maju dalam pembangunan,” tutur Darmawansyah.
151 Kelurahan Jadi Fokus Pemantauan
Kegiatan Siskamling Siaga Bencana kali ini merupakan edisi kesepuluh dari total 151 kelurahan yang akan dipantau langsung oleh Wali Kota Bandung bersama jajaran OPD dan DPRD Kota Bandung.
Langkah ini menjadi bentuk upaya nyata pemerintah dalam memastikan kesiapsiagaan warga sekaligus memperkuat ketahanan lingkungan di tingkat lokal.