BANDUNG – Kota Bandung memiliki potensi pendonor sukarela yang termasuk tinggi yakni 82.784 orang. Melihat potensi ini, Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Bandung optimis bisa mencapai target 400 labu darah dalam kegiatan Hari Donor Darah Sedunia, pada Selasa, 14 Juni 2022.
Pada kesempatan ini, Wali Kota Bandung, Yana Mulyana juga turut berpartisipasi dengan mendonorkan darahnya.
“Dengan donor, selain kitanya juga sehat, bisa menyelamatkan orang lain. Antusias masyarakat dalam kegiatan ini luar biasa. Pendonor sukarela di Kota Bandung ini sekitar 82.784 orang, ini potensi yang sangat bagus,” ungkap Yana selepas donor darah.
Bahkan, Yana menceritakan, ada salah satu pendonor yang telah mendonorkan darahnya lebih dari 200 kali.
“Dari usia 17 tahun ibu tadi donor darah, terhitung sudah lebih dari 200 kali. Tidak terhitung berapa banyak orang yang terbantu dari darah ibu tersebut,” ujarnya.
Sosok tersebut bernama Atikah, perempuan paruh baya ini sudah mendonorkan darahnya sejak usia 17 tahun. Bermula dari ajakan sang paman untuk ikut donor darah di kampus Institut Teknologi Bandung.
Setelah itu, ia rutin donor darah ke PMI sampai sekarang di usia 54 tahun.
“Saya tiap 2,5 bulan rutin donor darah. Saya ingin donor darah karena tidak bisa sumbang uang. Jadi, saya pikir bisa menolong orang dengan darah saya,” jelas Atikah.
Sementara itu, Kepala Humas PMI Kota Bandung, Budi Wandina memaparkan, kondisi siklus donor darah saat ini di Kota Bandung sudah mulai meningkat kembali pascaidulfitri. Bahkan, pada gebyar donor darah 7 Juni silam, jumlah labu darah dari pendonor mencapai 1.000 labu.
“Pas pandemi jumlahnya itu turun 50 persen. Sekarang,rata-rata di atas 400 labu, malah sempat waktu itu ada gebyar sampai 1.000 saat 7 Juni lalu,” papar Budi.
Bicara mengenai pendonor rhesus negatif, ia menuturkan, total keseluruhan warga yang terdata memiliki darah langka ini berjumlah 25.000-an di Kota Bandung. Namun, yang aktif mendonorkan hanya beberapa puluh orang.
“Karena ini darah langka, jadi memang untuk donornya sendiri by request. Khawatirnya, dia mendonor saat sedang tidak ada yang membutuhkan, sehingga kita batasi pendonornya,”katanya.
Ia menambahkan, PMI biasanya hanya menyimpan stok darah rhesus negatif tidak lebih dari 10 labu untuk menjaga kebutuhan yang mendesak.
Rata-rata kebutuhan akan darah rhesus negatif di Kota Bandung per bulan mencapai 10 orang.
“Rhesus negatif hanya bisa menerima dan mendonorkan ke sesamanya karena ini salah satu darah langka yang harus kita siasati saat ada kebutuhan, kita tetap siap,” ujarnya.
“Sebab, untuk sel darah merah hanya bisa bertahan 30 hari, sedangkan untuk trombosit hanya 5-7 hari. Kalau lebih dari itu sudah kadaluarsa,” imbuhnya.