BANDUNG — Upaya Pemerintah Kota Bandung dalam menata sistem pengelolaan sampah makin konkret.
Salah satu titik andalannya adalah TPST Babakan Sari yang tengah dikembangkan sebagai proyek percontohan pengelolaan sampah terpadu berbasis teknologi dan efisiensi.
Fasilitas ini dirancang untuk mengolah sampah secara menyeluruh, mulai dari proses pemilahan otomatis, pengolahan organik menjadi biogas, daur ulang anorganik, hingga insinerasi residu yang tersisa.
“Ini tahap dua, dan targetnya September sudah running. Kita lihat, silo-nya cukup besar dan menunjang kapasitas pengolahan,” ujar Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan.
Saat ini, TPST Babakan Sari sudah memasuki tahap uji coba awal dengan kapasitas pengolahan sekitar 6–8 ton sampah per hari.
Nantinya, saat sudah beroperasi penuh, sistem di dalamnya akan bekerja lebih otomatis dan efisien melalui conveyor dan pemilah canggih.
Menurut Farhan, hanya sebagian kecil sampah yang akan masuk ke insinerator.
“Residu yang masuk ke insinerator itu hanya sekitar 25 persen dari total sampah yang masuk. Sisanya harus diolah ulang,” jelasnya.
Sistem pengelolaan di TPST ini dibagi ke dalam empat jalur utama:
1. Daur ulang sampah anorganik
2. Pengolahan sampah organik menjadi biogas
3. Pemrosesan residu lewat insinerator
4. Daur ulang tambahan untuk material lain
Sebagai bagian dari manajemen logistik, lokasi ini juga dilengkapi dengan jembatan timbang untuk mengontrol volume sampah yang masuk.
Aksesnya terbagi untuk truk besar melalui gerbang utama, serta jalur khusus untuk kendaraan roda dua dan motor pengangkut sampah dari lingkungan warga.
Dengan desain yang terstruktur dan sistem yang saling terintegrasi, TPST Babakan Sari diproyeksikan menjadi role model pengelolaan sampah perkotaan di Bandung.
“Mari kita jaga bersama. Ini bukan hanya soal kebersihan, tapi soal keberlanjutan hidup kita di kota,” tutup Farhan.