BANDUNG – Banjir dan sampah masih menjadi dua masalah besar di Kota Bandung.
Untuk mengatasinya, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus melakukan berbagai upaya, mulai dari pembangunan kolam resapan hingga pengelolaan sampah di sumbernya.
Penjabat (Pj) Wali Kota Bandung, A. Koswara, mengungkapkan bahwa setelah dilakukan kajian oleh Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM), kolam resapan menjadi solusi paling efektif untuk mengurangi banjir.
“Kondisi kontur tanah, kewilayahan, dan sistem drainase mempengaruhi efektivitas solusi ini,” ujar Koswara saat meninjau ruang publik di kolong Jembatan Pasupati.
Hasilnya cukup signifikan. Jumlah titik genangan di Kota Bandung berhasil dikurangi dari 68 menjadi hanya 8 titik.
Selain itu, genangan yang muncul juga tidak bertahan lama dan dapat surut dalam waktu satu jam.
Selain banjir, sampah juga menjadi faktor utama yang memperburuk kondisi drainase.
Koswara menjelaskan bahwa sampah yang dibuang sembarangan sering kali berakhir di saluran air, menyebabkan penyumbatan dan meluapnya air saat hujan deras.
Untuk menangani masalah ini, Pemkot Bandung menerapkan strategi pengelolaan sampah langsung di sumbernya agar tidak bergantung pada infrastruktur pengolahan sampah semata.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung bertanggung jawab atas residu sampah, sementara sampah yang masih bisa didaur ulang akan diproses lebih lanjut.
Sampah organik diolah menjadi kompos, sedangkan sampah anorganik dikumpulkan di bank sampah untuk didaur ulang.
“Contoh pengelolaan sampah yang baik sudah banyak. Ada RW yang sudah tidak menghasilkan sampah lagi, begitu juga beberapa hotel dan area komersial. Jadi, hal ini bukan sesuatu yang mustahil,” tambah Koswara.
Dengan pendekatan ini, Pemkot Bandung berharap masalah banjir dan sampah dapat diminimalkan, menciptakan lingkungan kota yang lebih bersih dan nyaman bagi warganya.