BANDUNG — Peristiwa tragis “Sabtu Kelabu” pada 9 Februari 2008 menjadi salah satu momen kelam dalam sejarah musik cadas di Bandung.
Tragedi yang terjadi di Gedung Asia Africa Cultural Center (AACC), Jalan Braga, menelan 11 korban jiwa.
Kejadian ini terjadi saat band metal Beside menggelar konser peluncuran album perdana mereka, Againts Ourselves.
Tim Infobandungkota.com berkesempatan mewawancarai drummer Beside, Achmad Rustandi alias Bebi Aria, untuk mengungkap fakta di balik insiden tersebut.
Penonton Membludak, Ruang Publik Tak Mampu Menampung
Bebi menjelaskan bahwa sejak tahun 1990-an, skena musik cadas di Bandung telah berkembang pesat.
Namun, lonjakan besar terjadi saat konser AACC berlangsung.
“Jadi sebenernya pergerakan musik ini tuh sudah bergerak dari tahun 1990-an, nah meledak-meledaknya pada saat acara AACC itu, karena sudah tidak tertampung, isinya sangat penuh, tempatnya sudah tidak memadai, akhirnya terjadilah peristiwa Sabtu Kelabu 9 Februari 2008 itu,” ujar Bebi saat ditemui di Bandung, Sabtu (29/5/2021).
Saat itu, jumlah penonton yang hadir melebihi kapasitas gedung.
Bahkan setelah acara selesai, masih banyak orang yang berusaha masuk.
Melihat kondisi yang semakin tidak terkendali, Bebi mengaku sempat membantu beberapa penonton keluar dari venue.
“Pada saat itu saya sudah mulai was-was, saya enggak mau ada sesuatu yang terjadi. Setelah acara selesai, kita membantu penonton yang ingin keluar gedung, tapi ternyata masih banyak yang terus masuk,” tambahnya.
Duka di Balik Panggung: Dari Pingsan hingga Kehilangan Nyawa
Bebi awalnya mengira kondisi penonton yang berjatuhan hanya karena pingsan akibat kepadatan dan kelelahan.
Namun, situasi berubah drastis ketika ia mulai mendengar kabar ada yang meninggal.
“Saya berada di backstage sama temen-temen, terdengarlah banyak yang pingsan. Saya enggak terlalu peduli kalau pingsan, da di angin-angin nanti juga sadar,” ungkapnya.
Namun, kenyataan pahit datang ketika informasi korban meninggal mulai bermunculan.
“Sampai akhirnya ada berita lagi ada yang meninggal, kita langsung mulai bubar untuk membantu yang terjadi di bawah. Melihat ke dalam, banyak yang pingsan, terus makin banyak yang meninggal di tempat—10 orang, satu lagi meninggal di rumah sakit,” jelas Bebi.
Kesalahan Informasi dan Sensasi Media
Di sisi lain, Bebi menyayangkan bagaimana peristiwa ini diberitakan di media saat itu.
Ia merasa banyak informasi yang tidak sesuai dengan kenyataan.
“Jadi waktu itu kita mengundang wartawan, memberikan press conference bahwa ceritanya seperti ini. Tapi ya namanya orang, akhirnya mereka punya opini berbeda-beda, berita jadi simpang siur,” ujarnya.
Bahkan, Bebi mengaku heran ketika menemukan salah satu majalah kuliner ikut memberitakan tragedi ini.
“Sampai enggak kepikiran, kok majalah masak aja bisa mengangkat berita tentang AACC? Jadi posisinya itu kan orang ingin mengambil kesempatan dari berita yang belum tentu benar,” pungkasnya.
Peristiwa Sabtu Kelabu menjadi pelajaran berharga bagi skena musik tanah air, terutama dalam hal keamanan dan kapasitas venue.
Kejadian ini juga mengingatkan pentingnya tanggung jawab dalam pemberitaan agar tidak menambah luka bagi para korban dan keluarga yang ditinggalkan.
**
Artikel ini telah tayang di Infobandungkota.com dengan judul “Bebi Beside Ceritakan Fakta Peristiwa Sabtu Kelabu AACC 9 Februari 2008” pada 30 Mei 2021 oleh Febri Oktapiana.