BANDUNG — Merokok masih menjadi kebiasaan yang sulit dipisahkan dari kehidupan banyak orang di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Tak hanya orang dewasa, tembakau yang bersifat adiktif ini juga mulai digemari kalangan muda.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa konsumsi tembakau bertanggung jawab atas lebih dari 8 juta kematian setiap tahun, baik pada perokok aktif maupun pasif.
Hal ini diperkuat oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) yang menyatakan bahwa tembakau merupakan penyebab utama penyakit, kecacatan, dan kematian yang sebenarnya bisa dicegah, terutama di Amerika Serikat.
Penggunaan tembakau diketahui meningkatkan risiko berbagai penyakit serius, seperti kanker paru-paru, kanker mulut, penyakit jantung, pembekuan darah, hingga mempercepat penuaan kulit serta menyebabkan kerusakan pada gigi dan gusi.
Melansir dari laporan World Population Review seperti dikutip dari laman cnbc indonesia, prevalensi merokok di berbagai negara dipengaruhi oleh faktor tingkat kemakmuran dan budaya.
Menariknya, negara dengan ekonomi lebih tinggi justru cenderung memiliki lebih banyak perokok.
Selain itu, di sejumlah budaya, merokok bahkan menjadi bagian dari norma sosial, khususnya di kalangan laki-laki.
Berdasarkan data tahun 2022 dari World Population Review, berikut daftar 10 negara dengan jumlah perokok terbanyak di dunia:
1. Nauru (48,3 persen)
2. Myanmar (44,4 persen)
3. Kiribati (39,7 persen)
4. Papua Nugini (39,6 persen)
5. Serbia (39,5 persen)
6. Bulgaria (39,5 persen)
7. Timor Leste (38,7 persen)
8. Indonesia (38,2 persen)
9. Kroasia (37 persen)
10. Kepulauan Solomon (36,9 persen)
Dalam laporan yang sama, disebutkan bahwa tingkat merokok tertinggi banyak ditemukan di kawasan Asia Tenggara dan Balkan, sedangkan di Eropa Barat dan Amerika, tingkat konsumsi tembakau cenderung lebih rendah.
Kondisi di Indonesia sendiri memperlihatkan angka yang cukup mengkhawatirkan. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang dirilis Kementerian Kesehatan RI, jumlah perokok aktif di Indonesia diperkirakan mencapai 70 juta orang, dengan 7,4 persen di antaranya merupakan anak-anak berusia 10 hingga 18 tahun.
Kelompok usia muda menjadi perhatian serius. Menurut *Global Youth Tobacco Survey (GYTS)*, prevalensi merokok di kalangan pelajar usia 13 hingga 15 tahun meningkat dari 18,3 persen pada 2016 menjadi 19,2 persen pada 2019.
Masih dari data SKI 2023, kelompok usia 15 hingga 19 tahun tercatat sebagai perokok aktif terbanyak di Indonesia, yakni 56,5 persen, diikuti oleh kelompok usia 10 hingga 14 tahun sebanyak 18,4 persen.
Meski begitu, secara global angka merokok mulai menunjukkan tren penurunan berkat semakin luasnya kampanye edukasi tentang bahaya tembakau dan gerakan anti-merokok yang gencar dilakukan di berbagai negara.