BANDUNG — Aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu kembali menjadi sorotan.
Dalam beberapa hari terakhir, peningkatan jumlah gempa dan tekanan dari dalam tubuh gunung menunjukkan pola serupa dengan kondisi menjelang erupsi freatik tahun 2019.
Berdasarkan data Badan Geologi, pada Selasa, 3 Juni 2025, tercatat 270 kejadian gempa low frequency (LF) naik hampir dua kali lipat dari sehari sebelumnya yang hanya mencatat 134 gempa.
Selain itu, terdeteksi dua gempa vulkanik dangkal yang menandakan adanya tekanan dari bawah permukaan.
“Kami mendapati tren yang hampir identik dengan kondisi menjelang erupsi 2019,” ujar Kristiyanto, Penyelidik Bumi Ahli Utama Badan Geologi, saat ditemui di Pos Pengamatan Tangkuban Parahu, seperti dilansir dari laman Pikiran-Rakyat.com.
Tekanan dari Dalam Gunung Kian Terlihat
Tak hanya aktivitas gempa, data deformasi tubuh gunung juga mengindikasikan tekanan yang terus bertambah.
Pemantauan menggunakan EDM dan GPS menunjukkan adanya inflasi atau penggembungan tubuh gunung indikasi jelas adanya akumulasi tekanan dari dalam.
“Fenomena ini selaras dengan temuan geokimia dari pemantauan gas vulkanik yang menunjukkan pola sebanding dengan fase menjelang letusan enam tahun silam,” tambah Kristiyanto.
Sebagai gunung bertipe hidrotermal, Tangkuban Parahu memiliki potensi letusan freatik mendadak.
Letusan jenis ini dipicu oleh uap dan gas panas yang tertahan, dan bisa terjadi meski perubahan aktivitas gempa terbilang kecil.
“Untuk gunung tipe ini, tidak ada ambang batas pasti yang bisa dijadikan patokan. Kenaikan sedikit saja bisa memicu letusan,” jelasnya.
Imbauan untuk Warga dan Wisatawan
Ketua Tim Mitigasi Gunung Api Badan Geologi, Heruningtyas, mengingatkan masyarakat dan wisatawan agar tetap waspada, terutama di sekitar Kawah Ratu dan Kawah Upas.
“Kami minta masyarakat tidak turun ke dasar kawah atau berlama-lama di area aktif. Jika terlihat asap membumbung tinggi atau tercium bau gas menyengat, segera tinggalkan area tersebut,” tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa peningkatan gas beracun bisa terjadi secara tiba-tiba, tanpa didahului tanda-tanda visual mencolok.
Meski saat ini status aktivitas Tangkuban Parahu masih di Level I (Normal), koordinasi antarlembaga terus ditingkatkan.
Kawasan Wisata Tetap Buka, Tapi Diawasi Ketat
Direktur Operasional Taman Wisata Alam (TWA) Tangkuban Parahu, Ruslan Kaban, menyatakan kawasan wisata masih tetap dibuka, namun dengan pengawasan ekstra.
“Kami tetap membuka kawasan wisata, tetapi setiap pergerakan pengunjung dipantau, dan informasi terkini terus kami sampaikan secara berkala,” ujarnya.
Untuk sementara, warga dan wisatawan diimbau untuk tidak mendekati kawah aktif, menghindari bau gas menyengat, serta selalu mengikuti arahan petugas di lapangan.